Melonjaknya kasus Covid-19 di sejumlah negara, dan banyaknya tenaga kesehatan (nakes) yang terinfeksi virus corona membuat munculnya kemungkinan dibutuhkan  booster vaksin atau suntikan dosis ketiga vaksin SARS-CoV-2 itu. Ide tersebut juga sudah disampaikan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang merekomendasikan dokter maupun perawat serta masyarakat Indonesia mendapat booster vaksin covid-19. Namun rencana itu masih menjadi pro kontra, termasuk bagi para penelitian perusahaan vaksin luar negeri.

Di tengah upaya berkelanjutan untuk memvaksinasi orang, muncul dua pertanyaan besar: Akankah perlindungan kekebalan terhadap virus corona bertahan lama? Atau apakah orang akan segera membutuhkan suntikan booster? “Saat ini, tidak ada yang tahu, apakah booster akan diperlukan,” kata Kirsten Lyke, ahli vaksin di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland di Baltimore, mengutip Science News.    Tetapi para peneliti tetap akan meneliti dan mencari tahu soal itu. Anggota Komite Penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (ACIP) Amerika Serikat juga sedang membahas kapan saatnya badan itu membuat rekomendasi untuk suntikan dosis ketiga atau vaksin booster. Sebagian besar peneliti di ACIP setuju bahwa masih perlu data yang lebih banyak lagi mengenai manfaat vaksin booster sebelum akhirnya dieksekusi.

Anggota ACIP sepakat bahwa peningkatan kasus “terobosan” Covid-19, setelah seseorang divaksinasi secara penuh, dapat menjadi tanda bahwa kekebalan tubuh berkurang dan dosis ketiga mungkin diperlukan. “Kami masih sangat hati-hati pada terobosan vaksin booster khususnya lansia. Adalah kesalahan memberikan vaksin booster tanpa informasi yang memadai. Apakah vaksin itu meningkatkan? Dan (masih) sedikit data soal keamanan,” kata anggota ACIP, Sarah Long, mengutip CNN, Kamis (1/7). Pengumpulan data dilakukan agar manfaat dari vaksin booster diketahui terlebih dahulu sebelum menimbulkan risiko yang tidak diinginkan. Para peneliti dan pejabat kesehatan menduga bahwa kekebalan terhadap Covid-19 yang diperoleh vaksin-vaksin yang sudah beredar mungkin berkurang seiring berjalannya waktu, mungkin setelah satu tahun atau lebih. Selain itu ada kemungkinan tidak bisa menjadi pelindung terhadap varian virus corona baru yang terus muncul.

Cara Kerja Mirip dengan Vaksin Tetanus atau Flu Seseorang yang divaksinasi mungkin memerlukan dosis booster vaksin untuk tetap terlindungi dari jenis virus corona dan varian yang bermunculan. Hal ini, mirip saat booster tetanus direkomendasikan setiap 10 tahun atau vaksin flu yang direkomendasikan setiap tahun. Profesor dan direktur eksekutif Pusat Akses Vaksin Internasional di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkin, William Moss mengatakan banyak orang mungkin akrab dengan vaksin tetanus-toxoid yang direkomendasikan setiap 10 tahun, yang dinilai mirip dengan kondisi di masa depan. “Ini mengingatkan sistem kekebalan kita, sehingga jika kita pernah terkena racun itu, sistem kekebalan kita akan mengingatkan dan merespons dengan sangat cepat,” jelas Moss.

Dalam kasus vaksin Covid-19, masih belum diketahui berapa lama perlindungan kekebalan bertahan, namun para pengembang vaksin dan pejabat kesehatan tahu hal tersebut mungkin tak terjadi selamanya. Sementara untuk kasus dosis vaksin yang disuntikkan terhadap seseorang dengan merk yang sama, untuk selanjutnya dapat menggunakan vaksin yang berbeda juga masih perlu penelitian. “Kebutuhan dan waktu untuk dosis penguat Covid-19 belum ditetapkan. Tidak ada dosis tambahan yang direkomendasikan saat ini,” tulis CDC di situs webnya.

Meski demikian warga Amerika Serikat (AS) sudah diwanti-wanti untuk bersiapĀ  mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 booster atau ketiga dalam waktu satu tahun. “Orang-orang harus siap dengan kenyataan bahwa kita mungkin memerlukan booster dalam setahun,” kata Ahli Bedah Umum AS Vivek Murthy. Para ilmuwan di sejumlah perusahaan yang membuat vaksin Covid-19 juga telah memperkirakan perlunya booster dalam setahun, namun para ahli tidak setuju mengenai hal ini.

Sejauh ini, penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin mRNA, yang dibuat oleh Pfizer dan Moderna, mengklaim mampu mempertahankan tingkat efikasi lebih dari 90 persen selama enam bulan setelah divaksinasi. Sementara para ilmuwan mengatakan hal itu mungkin bertahan lebih lama. Studi lain telah melihat antibodi di laboratorium, sementara kekebalan tubuh terus berkurang dari waktu ke waktu. Para ahli juga mengatakan tidak jelas bagaimana tingkat antibodi ini berkorelasi dengan kekebalan tubuh, dan sejauh mana. Vaksin Booster Diklaim Kuat Hadapi Covid-19 Meski masih menjadi pro kontra, bagi yang melewatkan vaksin booster di masa mendatang, dengan catatan jika direkomendasikan, akan membuat seseorang minim perlindungan terhadap virus corona. “Seseorang yang melewatkan booster membuat diri mereka berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi, dan terkena penyakit dari SARS-Coronavirus-2, tetapi saya juga berharap bahwa mereka akan memiliki kekebalan parsial sehingga mereka dapat terlindungi dari virus penyakit yang lebih parah,” kata Moss. “Mereka hanya berisiko lebih tinggi terkena infeksi dan penyakit daripada seseorang yang mendapat booster, tetapi mereka memiliki kekebalan lebih dari seseorang yang tidak pernah divaksinasi,” tambahnya. Para ilmuwan juga sedang meneliti apakah ada bedanya jika seseorang mendapat jenis vaksin yang sama sebagai booster seperti dosis aslinya yang diberikan. Saat ini di AS belum memutuskan apakah perlu membutuhkan vaksin booster, termasuk vaksin yang sesuai untuk suntikan ketiga itu. Namun Inggris sudah menentukan September akan memulai booster vaksin. Sementara itu Pfizer, Moderna dan Johson and Johson saat ini tengah menyelidiki penggunaan vaksin booster.

CEO Pfizer Albert Boula mengatakan berdasarkan data yang dilihatnya kemungkinan ada kebutuhan untuk vaksin booster antara delapan atau setahun lagi. “Tapi itu masih harus dilihat dan saya percaya dalam satu, dua bulan kita akan memiliki cukup data untuk membicarakannya dengan kepastian ilmiah yang jauh lebih tinggi,” kata Boula. Tak ketinggalan, J&J dan Moderna sama-sama melihat potensi penggunaan vaksin booster di masa depan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang kekebalannya terganggu bisa mendapat manfaat dari dosis booster vaksin.

Misalnya, penerima transplantasi organ mungkin tidak memiliki respons yang memadai terhadap vaksin virus corona karena mereka menggunakan obat untuk menekan sistem kekebalan mereka. Dosis ketiga vaksin virus corona dapat membantu meningkatkan kadar antibodi di antara beberapa penerima transplantasi organ yang belum memiliki respons yang kuat terhadap jadwal vaksinasi standar, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Internal Medicine pada bulan Juni. “Tidak ada data yang mendukung rekomendasi untuk dosis booster saat ini, kecuali peringatan dengan sistem kekebalan yang sangat lemah, yang tidak dapat memberikan respons yang kuat atau tidak ada respons sama sekali,” ujar anggota ACIP, Sharon Frey.

Untuk kelompok berisiko tinggi itu, “Saya akan condong ke arah memberikan setidaknya satu lagi atau ketiga vaksinasi menggunakan vaksin mRNA atau J&J kedua, apa pun masalahnya,” kata Frey. Tetapi untuk digunakan ke masyarakat umum, dia mengatakan perlu banyak data. “Saya pikir satu-satunya hal yang dapat kita lakukan saat ini adalah, jika kita mulai melihat peningkatan infeksi ulang pada orang, atau infeksi baru pada orang yang telah divaksinasi, itu adalah petunjuk bahwa kita perlu bergerak cepat.” Panel ACIP juga mempertimbangkan bahwa ada beberapa kelompok orang, dengan gangguan kekebalan, penghuni fasilitas perawatan jangka panjang, orang dewasa yang lebih tua, dan petugas kesehatan, yang mungkin mendapat manfaat dari dosis booster lebih dari masyarakat umum. “Saya secara pribadi telah melihat orang meninggal setelah dua dosis penuh vaksin mRNA, kami percaya, mereka mengalami gangguan kekebalan dan tidak memiliki perlindungan secara penuh,” kata anggota ACIP yang lain Camille Kotton. Kotton mendorong rekan-rekannya di komite untuk mempertimbangkan melanjutkan rekomendasi untuk suntikan booster “segera setelah memiliki data yang baik” yang dijadikan dasar keputusan.
Sumber https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210701190803-199-662028/mengenal-booster-vaksin-covid-dan-debat-ahli-di-dosis-ketiga/3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *