Setiap tanggal 23 Juli, dirayakan sebagai Hari Anak Nasional. Banyak orang yang memaknai perayaan Hari Anak Nasional itu sendiri. Salah satunya adalah sebagai bentuk rasa peduli pada tumbuh kembang anak secara optimal.
Sejarah menyebutkan terdapat perjalanan panjang lahirnya perayaan Hari Anak Nasional pada tanggal 23 Juli. Berawal dari Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang mengusulkan penetapan Hari Kanak-Kanan Nasional.
Kowani mengadakan Pekan Kanak-Kanan dengan mengadakan pawai melewati Istana Merdeka. Acara tersebut disambut oleh Presiden Soekarno, hingga akhirnya ditetapkan sebagai Pekan Kanak-Kanak pada minggu kedua bulan Juni saat libur kenaikan kelas.
Karena dianggap tidak memiliki nilai sejarah, maka muncul sebuah usulan bahwa peringatan Hari Kanak-Kanak di Indonesia jatuh pada tanggal 1-3 Juni, sebagai rangkaian perayaan hari lahirnya Presiden Soekarno.
Sejak Presiden Soeharto menjabat, banyak hal mengenai Orde Lama diubah. Setelah beberapa kali mengalami perubahan, pada akhirnya Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) dan menetapkan Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli.
Berbicara mengenai Hari Anak Nasional, timbul isu-isu terkait yang kembali muncul dipermukaan. Meski sebenarnya, isu-isu tersebut sering digaungkan. Namun, pada momen Hari Anak Nasional isu tersebut diharapkan akan lebih didengar. Salah satu isu yang tak kunjung habis pembahasaannya adalah mengenai kesehatan anak.
Kesehatan anak merupakan aset yang perlu dijaga demi pertumbuhan anak sebagai penerus bangsa. Anak sebagai penerus serta pemimpin Indonesia di masa depan, perlu disiapkan dan diperhatikan kesehatannya sejak dini.
Meski sebagian orang sudah mulai sadar akan pentingnya kesehatan bagi anak. Namun, untuk sebagian orang yang kurang beruntung persiapan tersebut merupakan hal yang mewah. Seperti halnya berikut ini akan sedikit diulas masalah utama yang banyak ditemukan pada bidang kesehatan.

  1. Berat Badan Lahir
    Anak yang lahir dengan berat badan rendah akan lebih rentan mengalami hambatan pada proses tumbuh kembangnya. Selain itu, anak juga lebih akan mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuhnya lebih lemah dari anak lainnya.

Bayi dikatakan memiliki berat yang rendah jika lahir dengan berat kurang dari 2,5 kilogram. Menurut penelitian, terdapat 6,2% bayi yang memiliki berat badan lahir rendah di Indonesia. Sebenarnya bayi yang memiliki berat badan rendah sejak lahir, kecil kemungkinan mengalami gangguan kesehatan di kemudian hari.

Berbeda jika bayi prematur lahir dengan berat badan rendah, beberapa komplikasi kemungkinan akan muncul. Komplikasi tersebut seperti infeksi, kadar gula rendah, sindrom kematian bayi, berat badan sulit ditebak, hambatan tumbuh kembang, hiportemia, dan bayi kuning.

  1. Gizi Buruk
    Hingga saat ini, status gizi pada anak di Indonesia masih menjadi permasalahan besar. Akibat dari gizi buruk tersebut, berdasarkan data dari World Bank, Indonesia menjadi negara dengan urutan ke-4 di dunia yang memiliki jumlah balita stunting tertinggi.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh kembang anak yang disebabkan oleh malnutrisi kronis. Data terbaru dari hasil riset mengenai status gizi balita Indonesia tahun 2019, mencatat bahwa jumlah balita stunting saat ini mencapai 27,67% atau 6,3 juta dari 23 juta balita di Indonesia.

  1. Obesitas
    Obesitas merupakan suatu masalah kesehatan ketika berat anak berada di atas normal dibandingkan dengan usia dan tinggi badan anak tersebut. Banyak penyebab kegemukan dapat terjadi, salah satunya adalah ketidakseimbangan kalori yang dikonsumsi dan kalori yang dikeluarkan dalam bentuk energi.

Anak-anak yang memiliki kelebihan berat badan dapat mengalami masalah kesehatan secara fisik dan psikologis. Secara fisik anak dapat mengalami diabetes, gangguan metabolisme, peningkatan kadar kolesterol, tekanan darah tinggi, dan gangguan nafas di kemudian hari. Sedangkan secara psikologis, anak dapat mengalami bullying dan masalah kepercayaan diri.

  1. Rokok
    Masalah lain di Indonesia mengenai penjualan rokok masih dirasa belum tegas. Anak-anak usia 10-18 tahun masih bisa dengan bebas mendapatkan atau membeli rokok dari warung-warung sekitar rumah. Data menyebutkan, pada tahun 2018 sekitar 9,1% anak merokok.

Sangat disayangkan karena akibat rokok tersebut anak dapat mengalami berbagai masalah kesehatan di masa depannya seperti ISPA, asma, penyakit paru-paru, risiko serangan jantung, stroke, dan kanker.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *